Apa Itu Take Home Pay (THP)? Ini Pengertian dan Cara Menghitungnya!
Bagi kamu yang baru mulai bekerja, mungkin masih asing dengan istilah Take Home Pay dan mengira THP sama dengan gaji pokok. THP dan gaji pokok merupakan dua hal yang berbeda. Agar lebih paham, simak penjelasan berikut ini, yuk!
–
Istilah Take Home Pay (THP) mungkin masih asing bagi sebagian orang, apalagi bila kamu baru mulai bekerja. Banyak yang mengira bahwa Take Home Pay adalah gaji pokok. Padahal, keduanya berbeda. Saat menerima gaji pertama, mungkin kamu sempat bingung dan bertanya-tanya “Lho, kok gaji yang masuk beda sama yang di kontrak ya?” selisihnya memang tidak banyak, tapi jumlahnya tetap berbeda.
Nah, biar nggak bingung lagi, yuk kita bahas apa itu Take Home Pay, komponen yang memengaruhi perhitungan, dan cara menghitung Take Home Pay serta contohnya!
Apa itu Take Home Pay (THP)?
Dilansir dari Investopedia, THP atau Take Home Pay adalah jumlah pendapatan bersih yang kita terima setelah dikurangi komponen pemotongan gaji. Bisa disebut juga sebagai gaji bersih yang diterima dan dibawa pulang oleh karyawan. Intinya, Take Home Pay adalah gaji kotor dikurangi semua potongan seperti iuran BPJS, PPh 21, pinjaman, dan lainnya.
Sebenarnya, kamu dapat melihat semua informasi pendapatan dan komponen potongan gaji di slip gaji yang kamu terima. Nominal THP bisa jadi tidak sama setiap bulannya, tergantung pada besarnya komponen pendapatan dan komponen pemotong gaji.
Misalnya, di bulan ini kamu memiliki pinjaman karyawan sebesar Rp 200.000, tentu ini akan menambah komponen potongan yang bisa memengaruhi besaran THP yang bisa kamu dapatkan di bulan tersebut.
Baca juga: Mengenal Sistem Payroll, Cara Kerja, dan Hal Penting yang Harus Diketahui Karyawan
Apa bedanya dengan gaji pokok?
Take Home Pay (THP) sering disamakan dengan pendapatan rutin atau gaji pokok. Padahal keduanya beda. Menurut PP No 78 tahun 2015 tentang Pengupahan, gaji atau upah pokok merupakan besaran gaji atau upah dasar yang dibayarkan perusahaan kepada pekerja sesuai kesepakatan. Gaji pokok dapat kamu lihat di kontrak kerja. Gaji pokok merupakan bagian dari komponen pendapatan yang kamu terima setiap bulannya. Jumlah ini belum dikurangi komponen pemotong gaji.
Sedangkan THP merupakan gaji kotor yang sudah dikurangi semua komponen potongan seperti iuran BPJS, asuransi kesehatan, pinjaman karyawan, dan lainnya. Nominal THP mungkin akan jadi lebih sedikit atau lebih banyak tergantung komponen pendapatan dan komponen pemotong gaji di setiap bulannya.
Ikuti kelas: Tips Hemat Kelola Pemasukan dengan Konsep Syariah
Komponen perhitungan Take Home Pay
Komponen yang memengaruhi perhitungan besaran THP adalah komponen pendapatan yang terdiri dari pendapatan rutin, pendapatan insidental, dan juga komponen potongan. Apa itu? Berikut penjelasannya:
1. Pendapatan rutin
Pendapatan rutin adalah sumber pendapatan yang didapatkan secara rutin. Biasanya memiliki perjanjian baik tertulis atau lisan. Yang termasuk ke dalam pendapatan rutin adalah: gaji pokok atau upah pokok, tunjangan tetap, dan tunjangan tidak tetap.
2. Pendapatan insidental
Pendapatan insidental adalah (pendapatan tidak tetap yang diperoleh karena alasan tertentu. Misalnya, bonus penghargaan atau lembur).
3. Komponen pemotong
- Pajak penghasilan
- Iuran BPJS
- Komponen pemotong lainnya: potongan utang, potongan kehadiran, dan potongan lainnya.
Komponen perhitungan upah
Setelah mengetahui komponen dalam perhitungan THP, berikut merupakan komponen perhitungan upah. Kamu perlu mengetahui ini karena perhitungan upah masuk ke dalam komponen untuk menghitung THP yaitu pendapatan rutin. Berdasarkan PP No 78 tahun 2015 tentang pengupahan, upah terdiri dari:
1. Upah pokok atau gaji pokok
Gaji pokok adalah imbalan dasar yang dibayarkan perusahaan kepada pekerja menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang nominalnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan. Gaji pokok merupakan besaran upah yang terdapat di offering letter atau surat kontrak kerja.
2. Tunjangan tetap
Tunjangan tetap adalah pembayaran dari perusahaan kepada pekerja yang dilakukan secara teratur dan tidak dikaitkan dengan kehadiran atau pencapaian prestasi tertentu.
3. Tunjangan tidak tetap
Tunjangan tidak tetap adalah pembayaran yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan pekerja, yang diberikan secara tidak tetap untuk pekerja dan keluarganya. Tunjangan tidak tetap diberikan pada waktu yang berbeda dengan pembayaran gaji. Contoh dari tunjangan tidak tetap adalah tunjangan makan atau tunjangan transportasi yang didasarkan pada kehadiran karyawan.
Selain mengetahui komponen perhitungan THP dan pengupahan di Indonesia, kamu juga perlu memahami tentang UMP atau UMK. UMP setiap daerah berbeda-beda, hal ini perlu kamu ketahui agar kamu mendapatkan tawaran gaji pokok yang disesuaikan dengan UMP daerah kamu bekerja.
Rumus dan cara menghitung Take Home Pay (THP)
Nah, setelah mengetahui komponen-komponen di atas, berikut merupakan rumus menghitung Take Home Pay (THP) dan contoh perhitungannya agar kamu lebih paham. Simak, ya!
Rumus menghitung Take Home Pay (THP):
Contoh perhitungan THP:
Indah bekerja di PT Cerah Ceria dengan gaji pokok sebesar Rp 5.000.000 per bulan. Di perusahaan tersebut, Indah mendapatkan tunjangan makan sebesar Rp 500.000 dan tunjangan transportasi sebesar Rp 500.000 setiap bulan. Selain itu, di bulan ini Indah mendapatkan bonus apresiasi kerja sebesar Rp 2.000.000.
Pajak penghasilan (PPh 21) yang harus dibayarkan Indah pada bulan ini adalah sebesar Rp 164.000. Indah juga harus membayar iuran BPJS Ketenagakerjaan sebesar Rp 150.000. Berapa THP yang Indah dapatkan bulan ini?
Diketahui:
Komponen pendapatan (pendapatan rutin + insidental)
= (Rp 5.000.000 + Rp 500.000 + Rp 500.000 + Rp 2.000.000)
= Rp 8.000.000
Komponen pemotong gaji:
Iuran BPJS Ketenagakerjaan + PPh 21
= Rp 150.000 + Rp 164.000
= Rp 314.000
THP = (komponen pendapatan) – (komponen pemotong gaji)
= Rp 8.000.000 – Rp 314.000
= Rp 7.686.000
Maka, besar THP yang didapatkan Indah pada bulan ini adalah Rp 7.686.000.
Tips mengatur Take Home Pay (THP):
Take Home Pay dan cara menghitungnya sudah dibahas di atas. Semoga mudah dipahami dan nggak bingung lagi ya. Sekarang, kita bahas tips mengatur THP atau gaji yang dibawa pulang biar nggak cuma numpang lewat di rekening, yuk!
1. Bayar cicilan dan utang di awal
Setelah menerima gaji, pastikan untuk segera membayar pay later, cicilan, utang, atau tagihan lainnya di awal. Ini dilakukan agar tagihan tidak menumpuk. Selain itu, dengan membayar semua tagihan di awal, kamu bisa mengelola sisanya dengan baik untuk semua kebutuhan, tabungan, dan dana darurat.
2. Pisahkan uang berdasarkan pos-posnya
Selain bayar cicilan atau tagihan, pisahkan juga uang berdasarkan pos-posnya. Pernah dengar formula 40:30:20:10? Formula ini membagi uang yang kamu punya menjadi 4, yaitu:
- 40% untuk kebutuhan seperti makan, internet, listrik, dan lainnya.
- 30% untuk cicilan produktif. Misalnya rumah dan kendaraan.
- 20% untuk masa depan, bisa kamu gunakan untuk asuransi, tabungan dana darurat, atau investasi.
- 10%nya kamu gunakan untuk kebaikan, seperti berbagi atau donasi kepada yang membutuhkan.
3. Lakukan investasi
Sekarang banyak orang makin sadar dan tertarik untuk mulai belajar atau melakukan investasi. Apakah kamu juga? Sebagian gaji yang kamu dapatkan bisa dialokasikan untuk investasi. Kamu bisa melakukan investasi dengan lebih mudah saat ini karena sudah banyak platform atau aplikasi untuk investasi yang terpercaya dan sudah diawasi oleh OJK. Apabila kamu masih pemula, kamu bisa belajar tentang investasi di kelas Belajar Reksa Dana – Untung Besar dengan Modal Kecil. Di kelas ini, kamu bisa belajar tentang reksa dana secara lengkap dan detail serta strategi investasi agar mendapatkan keuntungan maksimal.
4. Bedakan kebutuhan dan keinginan
Selanjutnya adalah membedakan kebutuhan dengan keinginan. Keduanya mirip, sih, tapi tetap beda. Kebutuhan adalah sesuatu yang memang kita butuhkan dan memang harus dipenuhi. Keinginan adalah sesuatu yang kita inginkan, tapi belum tentu kita butuhkan.
Pernah dengan istilah boros berkedok self-reward? Setelah lelah bekerja, tentu sesekali kita ingin memberi hadiah kepada diri sendiri karena sudah bekerja dengan baik. Tapi, self-reward nggak harus sesuatu yang mahal atau memerlukan biaya besar. Apalagi bila kebutuhan yang harus kamu penuhi sedang banyak bulan itu. Harus pintar-pintar memilah antara kebutuhan dan keinginan ya agar semua kebutuhan bisa terpenuhi.
—
Nah, itulah pembahasan tentang Take Home Pay (THP), mulai dari pengertian, rumus, cara menghitung, contoh, hingga tips mengelola THP. Semoga membantu dan menjawab kebingungan kamu ya. Untuk belajar lebih banyak lagi tentang manajemen keuangan atau investasi, kamu bisa mengikuti kelasnya di Skill Academy. Terdapat banyak pilihan kelas berkualitas, tentunya, kamu akan belajar bersama instruktur yang berpengalaman di bidangnya. Klik banner di bawah ini untuk melihat detail kelasnya. Pst, lagi banyak promo menarik, yuk kepoin!
Referensi:
Indeed Editorial Team. 2020. ‘How to Calculate Take Home Pay’ [daring]. Tautan: https://www.indeed.com/career-advice/career-development/how-to-calculate-take-home-pay (Diakses pada 24 Juni 2022)
Kagan, Julia. 2020. ‘Defining Take Home Pay’ [daring]. Tautan: https://www.investopedia.com/terms/t/take-home-pay.asp (Diakses pada: 24 Juni 2022)
Shekhar, Shriram. 2022. ‘How to Manage Your Salary Wisely’ [daring]. Tautan: https://www.bankoncube.com/post/how-to-manage-your-salary-wisely (Diakses pada: 24 & 27 Juni 2022)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan [daring]. Tautan: https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/5656/pp-no-78-tahun-2015 (Diakses pada 24 Juni 2022)