5 Skill Penting yang Perlu Kamu Kuasai untuk Survive di Masa Depan

skill yang penting untuk dipelajari di masa depan

Artikel ini menjelaskan 5 skill penting yang dibutuhkan di masa depan, dan cara untuk melatihnya. Mulai dari public speaking, sampai kemampuan menulis

Untuk menghadapi masa depan, kamu perlu banyak persiapan. Gak cuma akademik, tapi juga hard skill dan soft skill. Selama sekolah, kamu pasti sudah belajar banyak hal akademik dan nonakademik (olahraga, musik, seni) dan lainnya.

Meskipun banyak hal yang telah dipelajari, ternyata, belajar di sekolah saja tidak bisa mencakup semua hal yang seseorang butuhkan untuk masa depan.  Ada hal-hal di luar sekolah yang ternyata penting untuk kita pelajari.

Nah, artikel ini akan membahas beberapa skill yang penting untuk masa depan, tetapi nggak diajarin di sekolah. Apa saja itu? Yuk, disimak!

 

1. Public speaking dan presentasi

Di antara kita, pasti masih ada yang suka grogi kalau disuruh presentasi atau ngomong di depan umum. Public speaking dan presentasi memang menjadi hal yang menakutkan bagi banyak orang. National Institute of Mental Health (NIMH), menjelaskan bahwa, ketakutan berbicara di depan umum adalah ketakutan yang sangat umum dan memengaruhi hingga 75% populasi.  Ketakutan ini didasari oleh penilaian atau evaluasi buruk dari orang lain. WOW, gede banget gak sih angkanya, kamu masuk salah satunya gak?

Padahal, public speaking dan presentasi adalah kegiatan yang pasti kamu lakukan di masa depan. Seperti saat rapat di tempat kerja atau cari pinjaman modal usaha.

Tidak bisa dipungkiri, memiliki kemampuan public speaking dan presentasi akan bikin kamu lebih percaya diri, mudah menyampaikan ide & gagasan, bisa memimpin tim, dan menumbuhkan skill leadership.

Buat kamu yang masih takut public speaking atau presentasi, kamu bisa coba beberapa tips di bawah ini:

 

1. Mengenali target audiens

Dalam sebuah public speaking dan presentasi, pasti ada target audiens. Nah, agar informasinya sampai tepat sasaran, kamu harus kenal siapa audiensmu.

Ketahui karakteristik audiens mulai dari demografi (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan status ekonomi sosial), psikografi (minat, hobi, aktivitas), dan geografis (urban, sub-urban, dan rural).

Dengan mengenali target audiens, kamu jadi bisa menyusun informasi dengan topik yang relevan, serta menyesuaikan gaya komunikasi yang akan kamu gunakan.

Misalnya, kamu diundang untuk jadi pembicara di acara orientasi mahasiswa baru dengan topik “Tips mudah beradaptasi sebagai mahasiswa baru”. Berarti target audiens kamu punya rentang usia 17-20 tahun, dan punya unsur geografi dan psikografi yang berbeda-beda. Cocok dengan cara penyampaian yang santai.

fun fact skill presentasi

Kamu pasti gak mau, kan, pas lagi presentasi malah ditinggal tidur audiensmu? Untuk itu, coba buat presentasi jadi menyenangkan. Pakai bahasa santai, berikan contoh yang ringan, selingi dengan games, atau kuis juga oke.

 

2. Menyusun skrip

Setelah mengenal siapa audiensmu, kamu bisa mulai menyusun skrip. Mulai dari pembukaan, poin-poin penting yang harus disampaikan, games, penutup, dan sesi tanya jawab.

tips meningkatkan public speaking

Kamu bisa bikin catatan kecil berisi ringkasan atau urutan hal yang akan kamu bicarakan. Biar pas ngomong di depan umum gak tiba-tiba nge-blank.

 

3. Latihan dan Rekam!

Pernah dengar peribahasa “practice makes perfect” gak?

Ternyata itu adalah peribahasa kuno, loh! Ada penelitian baru dari Rice University, Princeton University, dan Michigan State University tentang pernyataan ini. Hasilnya menjelaskan bahwa “praktik tidak akan membuat kamu jadi sempurna, tapi bisa membuatmu jadi lebih baik dalam hal yang sedang kamu praktikkan”. Kalau dipikir-pikir benar juga ya, kesempurnaan kan hanya milik Tuhan, hehe.

Makanya, coba, deh, kamu latihan di depan cermin, bareng teman, atau bahkan sambil direkam. Setelahnya, coba lihat hasil rekaman atau minta feedback dari temanmu apa saja yang perlu dievaluasi. Misalnya, masih terbata-bata atau tidak, sesuai durasi atau tidak, out of topic atau tidak, dan apakah kamu sudah benar-benar menguasai materi atau belum.

Lakukan latihan sampai hal-hal yang perlu dievaluasi jadi lebih sedikit atau tidak ada. 

 

4. Bahasa tubuh

Bahasa tubuh bisa memperkuat kata-kata atau gagasan yang kamu sampaikan dan merupakan representasi non-verbal mengenai perasaanmu.

Eits, tapi, bahasa tubuh itu bukan asal gerakin tangan, loh! Ini mencakup isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, postur, suara, dan pernapasan.

Baca juga: Pentingnya Work-Life Balance untuk Dukung Produktivitas Kerjamu

Misalnya, saat sedang bicara di depan umum, arahkan pandangan mata ke audiens, ini akan membuat audiens merasa terlibat. Pertahankan pandangan mata ketika menjawab pertanyaan audiens, ini bisa menunjukkan ketulusan dan kredibilitas kamu.

Selain itu, hindari mengusap-usap wajah atau menggaruk-garuk kepala. Ini menunjukkan bahwa kamu sedang merasa bingung dan kurang percaya diri.

 

2. Time management

Pernah gak sih ngerasa susah ngatur waktu? Sehari punya 24 jam, tapi kok rasanya banyak kerjaan yang belum selesai 🙁

Semakin lama waktu yang dihabiskan untuk bekerja, bukan berarti kamu semakin produktif dan bisa menyelesaikan banyak pekerjaan. Jadi, gak selamanya sibuk itu berarti produktif, apalagi kalau manajemen waktumu masih kurang baik 🙁

Kamu perlu tahu nih. Sibuk dan produktif adalah dua hal yang berbeda.

Kalau sibuk, biasanya seseorang akan menganggap bahwa semua pekerjaan punya prioritas yang sama. Akhirnya bingung mana yang harus dikerjakan duluan dan berakhir dengan mengerjakan beberapa hal secara bersamaan (multitasking). Mengerjakan banyak hal bersamaan akan membuat kamu tidak fokus dan hasil yang kurang maksimal.

Lain halnya kalau produktif, mereka tahu mana yang harus dikerjakan, dan mana yang tidak.

Karena tahu apa saja yang penting dan tidak penting untuk dikerjakan, produktif akan membuat kamu bekerja lebih teratur dan tidak overtime. Kamu tahu kapan harus bekerja, kapan harus istirahat, dan kapan harus melakukan aktivitas lainnya.

Ikuti Kelas: Manajemen Waktu Agar Kerja Lebih Produktif

Kalau selama ini kamu sibuk, coba untuk jadi lebih produktif. Hilangkan to-do-list yang tidak perlu untuk dikerjakan, dan fokus pada hal-hal penting yang harus kamu selesaikan. Kalau kamu mau belajar atur waktu, coba beberapa tips ini:

 

1. Buat to-do-list dan matriks Eisenhower

Biar nggak bingung besok harus ngapain, susun to-do-list di malam hari sebelum tidur. Tapi, pas to-do-list sudah dibuat, ternyata masih bingung mana dulu yang harus dikerjakan?

matriks eisenhower untuk time management

Kamu bisa coba menggunakan matriks Eisenhower untuk menentukan mana to-do-list yang sifatnya penting-mendesak, penting-tidak mendesak, tidak penting-mendesak, dan tidak penting-tidak mendesak. Dengan begini, kamu jadi tahu mana yang harus dikerjakan duluan, dan mana yang nggak perlu dikerjakan.

 

2. Atur tenggat waktu

Pas lagi kerja, biasanya ada saja hal-hal yang mendistraksi. Misalnya, media sosial, teman ngajak ngobrol, atau episode baru The Penthouse yang seringnya bikin ikutan emosi 🙁

Kalau terdistraksi, akibatnya kerja jadi gak fokus dan menunda pekerjaan. Apalagi kalau deadline-nya masih lama. Jadi semakin menunda-nunda. Biar gak gitu, coba atur deadline untuk menyelesaikan tiap pekerjaan.

Misalnya, nih, kamu mulai kerja jam 9 pagi dan punya 3 pekerjaan yang harus selesai hari ini. Dari 8 jam kerja, bagi aja jadi 3 bagian. 2 jam untuk setiap pekerjaan. Jadi 6 jam untuk kerja, sisa 2 jam bisa untuk makan atau istirahat.

 

3. Jangan lupa istirahat

Kalau terlalu lama bekerja tanpa istirahat, kamu bisa kelelahan terus jadi hilang fokus. Meskipun pekerjaan yang harus diselesaikan banyak, kamu harus meluangkan waktu untuk istirahat agar pikiran dan badan menjadi kembali fresh.

time management yang efektif

Misalnya, setiap hari kamu bekerja di depan komputer, agar tidak terkena computer vision syndrome, kamu perlu istirahat setiap 20 menit sekali dengan memandang objek lain selain komputer atau handphone selama 20 detik.

 

4. Fokus pada satu hal di satu waktu

Seperti sibuk dan produktif sering yang dikira sama, multitasking juga dikira bisa membuat seseorang bisa menyelesaikan lebih banyak pekerjaan. Tapi, ternyata, penelitian yang dilakukan Universitas Stanford menjelaskan bahwa, multitasking tidak lebih produktif daripada mengerjakan satu hal pada satu waktu. Ketika mengerjakan beberapa hal bersamaan, otak menjadi tidak fokus, lebih cepat lelah, dan hasilnya tidak akan maksimal.

Kamu bisa mengerjakan hal yang sifatnya penting mendesak yang sudah kamu buat di to-do-list beserta dengan deadline yang sudah kamu atur sendiri. Nah, itu lah tadi beberpa hal yang bisa kamu lakukan untuk membantu mengelola waktumu.

 

3. Kemampuan Networking

Networking adalah bagaimana kamu bisa membangun dan menjaga hubungan baik dengan orang lain dalam jangka waktu panjang dan saling menguntungkan.

Punya networking penting karena bisa membuka peluang baru, menyelesaikan masalah, atau mendirikan bisnis bersama.

Hal ini bisa dilatih sejak kamu masih sekolah dan kuliah. Misalnya dengan ikut organisasi seperti Himpunan Mahasiswa, BEM, atau ikut kepanitiaan yang bisa bikin kamu terbiasa bertemu banyak orang, bekerja sama dengan orang, bertukar ide, dan bersosialisasi.

Kalau mau punya networking yang luas, kamu harus berani membuka diri, berani ngajak kenalan, buka obrolan, dan mau menerima perbedaan perspektif. Kalau menutup diri, lingkaran jaringanmu akan lebih kecil daripada mereka yang mau membuka diri kepada orang baru. Lalu, kayak gimana, sih, cara membangun networking itu?

 

1. Ketahui tujuanmu

Sebelum membangun networking, kamu harus tahu dulu kamu mau masuk ke networking yang mana, bidang apa yang ingin kamu tekuni, siapa yang ingin kamu kenal, bagaimana cara kenalannya, dan lainnya.

Misalnya, kamu adalah fresh graduate dan sedang cari kerja. Kamu mau masuk ke dalam circle yang di dalamnya bisa saling bertukar informasi lowongan pekerjaan, tips bikin CV, dan tips-tips cari kerja lainnya.

Dengan tahu tujuan, kamu jadi punya gambaran kira-kira siapa saja yang bisa kamu ajak untuk jadi relasi, apakah kakak tingkat waktu kuliah, mantan atasan waktu magang, atau teman seangkatan yang sudah dapat kerja duluan. Setelahnya, pilih cara untuk kenalan dengan orang-orang ini. Melalui direct message media sosial, email, atau melalui teman.

 

2. Bergabung dalam komunitas

Komunitas biasanya berisi sekumpulan orang dengan minat, hobi, atau tujuan yang sama. Buat kamu yang sedang cari kerja, kamu bisa join ke grup lowongan kerja, misalnya. Di dalamnya pasti akan ada banyak info lowongan pekerjaan, tips membuat CV, cover letter, cara mengirim email lamaran kerja, dan lainnya.

cara membangun networking

Di dalamnya juga ada banyak jobseeker yang bisa kamu ajak diskusi atau sekedar berbagi cerita seputar pencarian kerja duniawi ini.

 

3. Bina hubungannya

Kalau sudah kenal dan masuk jaringan, langkah selanjutnya adalah membina agar hubungan itu tetap baik dan bisa saling menguntungkan.

Kalau ada diskusi, jangan hanya pasif, tapi usahakan ikut memberi saran, pendapat, atau minimal dengarkan. Kalau ada yang butuh bantuan, jangan ragu untuk menawarkan bantuan kalau kamu bisa. Gimana? Sekarang, udah tahu, mau membangun networking ke yang mana? Yuk, kita lanjut ke skill yang dibutuhkan di masa depan berikutnya.

 

4. Kemampuan menulis

Menulis adalah kemampuan dasar yang diajarkan bahkan dari sebelum masuk TK. Selama sekolah dan kuliah, kamu belajar beragam tulisan seperti esai, bikin cerita, naskah pidato, pantun, makalah, sampai akhirnya nulis skripsi.

Tapi, tetap saja ada hal-hal seputar tulis-menulis yang tidak kamu dapatkan dari sekolah, yaitu etika. Misalnya, cara menulis email lamaran kerja, cara berkirim pesan dengan dosen, dan lainnya. Ini penting untuk kamu pelajari dan kuasai khususnya ketika bekerja.

Apapun pekerjaanmu, pasti ada kegiatan tulis-menulis di dalamnya. Seperti laporan keuangan, press release, naskah berita, naskah iklan, proposal kegiatan, laporan tahunan, email marketing, atau sesederhana berkirim pesan sehari-hari.

Kemampuan menulis ini jadi penting karena bisa memengaruhi cara berkomunikasi di dunia profesional. Kalau bisa menulis dengan baik, berarti kamu bisa menuangkan pikiran atau gagasan ke dalam bahasa tulisan yang bisa dipahami oleh orang lain.

Maka, komunikasi, pekerjaan, atau hal lain yang berhubungan dengan menulis bisa kamu selesaikan dengan baik. Adapun kemampuan yang perlu kamu kembangkan untuk bisa menulis dengan baik: 

 

1. Berpikir runut

Berpikir runut berarti tahu bagaimana membuat alur tulisan yang baik. Mulai dari membuat pembuka, isi, dan penutup. Alur ini bisa membuat sebuah tulisan jadi lebih enak dibaca dan mudah dipahami. Menulis tanpa alur yang jelas bisa membuat tulisan jadi tidak terarah dan tidak fokus pada satu materi.

 

2. Kemampuan berlogika

Kemampuan ini membuat kamu bisa mengembangkan dan menuangkan ide dalam bentuk tulisan dengan urutan yang jelas dan logis. Menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dan hubungan tiap paragraf menjadi kesatuan yang didukung dengan data, fakta, penalaran dan kesimpulan agar bisa dipahami orang lain.

kemampuan-yang-diperlukan-untuk-menulis

Kemampuan berlogika juga bisa membuat kamu tahu bahwa setiap penulisan dengan audiens, tujuan, dan kepentingan yang berbeda punya cara menulis yang berbeda.

Ikuti Kelas: Kuasai Teknik Storytelling & Creative Writing untuk NonFiksi

Misalnya, menulis copy untuk media sosial, maka kalimatnya harus ringkas, persuasif, dan catchy. Akan berbeda dengan menulis untuk artikel blog atau website. Tulisannya harus detail, informatif, edukatif, menjawab pertanyaan pembaca, dan lainnya.

 

3. Berbahasa

Keterampilan berbahasa adalah keterampilan menggunakan bahasa yang mencakup menulis, membaca, berbicara, dan menyimak. Dengan punya keterampilan menulis, kamu bisa memilih dan menyusun kosa kata, kalimat dan paragraf menjadi satu kesatuan informasi yang utuh. Pesan yang ingin kamu sampaikan akan ditangkap sama oleh pembacamu. Jadi kamu dan pembaca akan punya pemahaman yang sama mengenai sebuah tulisan.

Hayo, kamu udah bisa ini belum? Jangan sampai telat mempelajarinya, lho!

5. Kemampuan memimpin (leadership)

Sewaktu sekolah dahulu, kita bisa menghindari untuk jadi pemimpin, tapi nggak dengan masa depan.

Skill kepemimpinan tidak hanya harus dimiliki oleh ketua, CEO, atau pemimpin besar lainnya. Setiap orang harus punya kemampuan ini, minimal untuk memimpin diri sendiri. 

Dalam hidup, kita dihadapkan dengan banyak pilihan, yang mana setiap pilihan pasti punya kelebihan dan kekurangan. Misalnya pilihan untuk melakukan apa setelah lulus kuliah, apakah mau lanjut kuliah, bekerja atau memulai bisnis.

Nah, dalam memimpin diri sendiri, kemampuan untuk mengambil suatu keputusan itu penting. Kamu harus mempertimbangkan keputusan mana yang akan kamu pilih, yang punya risiko paling kecil dan paling bisa kamu jalani. 

Kalau kamu gak bisa mimpin diri sendiri, kamu akan kebingungan tentang apa yang harus kamu lakukan, apa yang harus kamu capai, bagaimana cara mencapainya, dan lainnya. Ada tiga hal yang kamu perlu tahu untuk bisa mengambil keputusan dengan lebih baik:

 

1. Pahami masalah yang kamu alami

Sebelum akhirnya bisa mendapat solusi untuk sebuah masalah, kamu harus tahu dan paham dulu apa masalahmu. 

Misalnya, kamu adalah mahasiswa tingkat akhir yang sudah selesai sidang skripsi dan sedang menunggu wisuda tapi bingung setelah ini harus ngapain.

Kamu bisa mengumpulkan informasi apa saja yang bisa dilakukan seorang fresh graduate setelah kuliah. Bisa dari pengamatan, orang lain, atau hasil searching di internet.

tips-mengambil-keputusan-dengan-lebih-baik

Anggap saja setelah itu kamu akhirnya dapat 3 hal yang bisa kamu lakukan yaitu: langsung bekerja, lanjut S2, atau merintis bisnis.

Setelah itu, batasi pilihan yang ada, ambil pilihan yang benar-benar ingin kamu jalani salah satunya. Setelahnya jabarkan secara rinci kelebihan dan kekurangan dari tiap-tiap pilihan.

 

2. Jabarkan masing-masing pilihan

Dalam membuat keputusan, mungkin kamu akan dihadapkan dengan beberapa pilihan.

Misalnya, setelah lulus kuliah S1, kamu punya pilihan untuk bekerja atau lanjut S2. Jabarkan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing pilihan. Tuliskan juga apa saja yang harus kamu lakukan ketika memilih salah satunya. 

Ikuti Kelas: Kepemimpinan Efektif dan Sukses Mengelola Tim

Misalnya kamu memilih langsung bekerja, maka risiko yang harus kamu hadapi adalah mengalami waktu yang tidak pasti sampai dapat kerja dan rencana S2 tertunda. Tapi kalau kamu langsung bekerja, kamu bisa punya pengalaman. Di pertengahan waktu kerja, kamu bisa lanjut S2 untuk menunjang jenjang karier. Kalau sudah kerja, kamu bisa lanjut S2 dengan biaya sendiri.

Jabarkan serinci mungkin kelebihan, kekurangan, dan kemungkinan-kemungkinan dari masing-masing pilihan agar kamu bisa memilih yang paling tepat menurutmu. 

 

3. Diskusikan dengan orang lain

Jika ternyata setelah menjabarkan masing-masing pilihan kamu masih tetap bingung, coba ajak orang lain untuk diskusi. Kalau bisa dengan mereka yang punya pengalaman yang sama.

Sampaikan masalah dan pilihan-pilihan solusi yang sudah kamu jabarkan. Kemudian tanya dari sudut pandangnya. Minta dia untuk menceritakan pengalamannya dulu beserta apa saja yang didapatkan dari keputusan yang diambil.

Dengan diskusi ini, kamu akan mendapat cara berpikir yang objektif, berbeda, dan mendapat insight dari sudut pandang yang berbeda, yang mungkin bisa memengaruhimu dalam memutuskan pilihan. 

Meskipun tidak diajarkan di bangku sekolah atau kuliah, 5 skill ini penting untuk kamu pelajari buat masa depanmu. Kalau belajar sendiri dirasa susah, kamu bisa coba ikut pelatihan online dari Skill Academy. Di Skill Academy, kamu bisa memilih kelas pelatihan sesuai dengan skill yang ingin kamu pelajari atau kembangkan. Kamu akan belajar bersama instruktur yang ahli di masing-masing bidang.

SKill Academy - CTA

 

Referensi:

Lok, Dan. ’10 Life Skills That You Were Not Taught In School’ 8 Juli 2019. [daring]. Tautan https://danlok.com/10-life-skills-that-you-were-not-taught-in-school/ (Diakses pada: 24 Februari 2021).

Rice University. 2014. ‘Does Practice Really Makes Perfect?’ [daring] Tautan: https://www.sciencedaily.com/releases/2014/07/140716123835.htm (Diakses pada: 24 Februari 2021).

Dwi, Yoga. 2019. ‘Body Language’. [daring] Tautan: https://publicspeaking.sv.ugm.ac.id/2019/12/04/body-language/ (Diakses pada: 23 Februari 2021).

Perkins, Lynn. ‘How to Build a Powerful Professional Network Early in Your Career. [daring] Tautan: https://www.forbes.com/sites/lynnperkins/2019/01/11/how-to-build-a-powerful-professional-network-early-in-your-career/?sh=38828e813212 (Diakses pada: 24 Februari 2021).

Cohen, Jennifer. ‘Busy vs Productive: Which One Are You? [daring] Tautan: https://www.forbes.com/sites/jennifercohen/2018/06/25/busy-vs-productive-which-one-are-you/?sh=7f13b59a7d79 (Diakses pada: 25 Februari 2021).

Devi Lianovanda