Kecerdasan Emosional: 5 Manfaatnya Bagi Karier & Cara Meningkatkannya
Artikel ini membahas apa itu kecerdasan emosional, pentingnya dalam dunia kerja, dan cara meningkatkannya.
—
Dalam menilai kecerdasan, seringnya orang hanya fokus ke intelligence quotient (IQ) atau kecerdasan intelektual saja. Padahal kecerdasan nggak bisa diukur cuma dari IQ. Ada yang namanya emotional quotient (EQ) atau kecerdasan emosional. Apa itu kecerdasan emosional?
Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali, memahami, mengendalikan, menata, dan mengekspresikan emosi.
Manfaat kecerdasan emosional bagi karier
Dalam bukunya yang berjudul “Emotional Intelligence: Why It Can Be Matter More Than IQ”, Daniel Goleman menjelaskan, kecerdasan emosional menyumbang sebesar 80% dalam keberhasilan seseorang sedangkan sebanyak 20% ditentukan oleh IQ.
Wow, 80%, angka yang besar. Banget. Jadi, kamu jangan cuma mementingkan IQ, tapi kecerdasan emosional juga. Karena ada beberapa hal penting dalam pekerjaan yang didukung oleh kecerdasan emosional. Apa saja? Baca terus sampai habis, ya!
1. Membantu membina hubungan dengan orang lain
Di kehidupan kerja atau pribadi, kita pasti butuh orang lain. Komunikasi adalah dasar dalam membina hubungan. Agar komunikasinya efektif, kamu harus bisa memahami lawan bicaramu. Empati bisa membantumu mengenali dan memahami orang lain. Jadi, kamu lebih tahu bagaimana berkomunikasi atau melakukan pendekatan yang tepat dengan orang lain.
Misalnya, dalam sebuah rapat, rekan kerjamu menyampaikan ide yang nggak sesuai denganmu, karena kamu merasa lebih pintar dari dia. Terus idenya kamu tolak sambil bilang “Nggak setuju gue. Nggak jelas ide lo”.
Dengan kamu bilang itu, rekan kerjamu merasa nggak dihargai, terus jadi males buat menyampaikan ide lainnya. Akhirnya ini bisa bikin hubungan jadi nggak enak dan menurunkan produktivitas tim.
Setiap ide yang disampaikan rekan kerjamu, didapat lewat banyak riset, usaha, dan waktu. Dengan kecerdasan emosional yang baik, kamu bisa memahami perspektif rekan kerjamu tentang ide itu. Selain itu, kamu punya cara yang lebih baik untuk menyampaikan pendapat.
2. Mengembangkan jenjang karier
Seperti kata Goleman, 80% kesuksesan didukung oleh kecerdasan emosional. Inisiatif, motivasi diri, pengendalian emosi, dan empati membantu kamu untuk lebih baik dalam bekerja. Dengan kinerja yang baik, kamu bisa mempertahankan pekerjaan saat ini, atau bahkan mendapat promosi dari perusahaan.
Perusahaan-perusahaan besar termasuk McKinsey memilih kandidat dengan kecerdasan emosional yang tinggi untuk dipromosikan. Perusahaan menilai kalau kamu punya kecerdasan intelektual yang tinggi, kamu bisa jadi pekerja yang baik. Tapi, untuk jadi pemimpin, kecerdasan emosional lebih penting.
Kecerdasan intelektual seperti nilai tes, IPK, bisa membantumu untuk diterima kerja. Tapi kecerdasan emosional bisa membantumu untuk mengembangkan karier.
3. Mampu memecahkan masalah
Dalam pekerjaan, ada saja masalah yang muncul. Berantem sama temen kantor, stuck masalah kerjaan, atau klien banyak mau. Masalah harus segera diselesaikan biar nggak semakin runyam. Dalam memecahkan masalah, mood punya peran yang penting. Dengan mood yang baik, kamu bisa memecahkan masalah dengan cara yang kreatif.
Misalnya, biar bisa baikan sama temen kantor, kamu bisa kasih snack kesukaan dia dan dikasih sticky note yang tulisannya “Jangan lama-lama dong ngambeknya. Baikan aja, yuk?”
Baca juga: Kemampuan Problem Solving Bisa Dilatih? Begini Cara Meningkatkannya!
Kecerdasan emosional, membantu kamu mengendalikan emosi dan mood dengan baik. Akan lebih sulit menyelesaikan masalah ketika kepala sedang berapi-api. Tapi, dengan pengendalian emosi yang baik, kamu bisa segera mendinginkan kepala, menenangkan diri, dan berpikir dengan jernih untuk menyelesaikan masalah.
4. Manajemen stres lebih baik
Beban kerja, konflik dengan teman kantor, dan masalah-masalah tak terduga, bisa bikin stres. Data dari The American Institute of Stress (AIS) menyebutkan 83% pekerja di Amerika Serikat mengalami stres karena pekerjaan. Jika dibiarkan, stres dapat mengganggu kesehatan seperti gangguan pencernaan, penyakit jantung, gangguan tidur, kecemasan berlebih, hingga depresi. Ini semua bisa mengganggu produktivitas.
Kecerdasan emosional yang tinggi bisa membantu kamu untuk lebih mudah beradaptasi dengan berbagai kondisi sehingga nggak mudah stres. Selain itu, dengan kesadaran diri yang tinggi, kamu jadi lebih tahu tentang diri sendiri. Apa yang menyebabkan kamu stres dan bagaimana cara coping-nya.
5. Meningkatkan produktivitas
“Nanti aja deh ngerjainnya, deadline-nya masih lama ini.”
Pernah ngomong gini juga nggak? Menunda-nunda pekerjaan karena belum ada dorongan atau motivasi diri buat ngerjainnya. Biasanya yang bikin kamu akhirnya mau menyelesaikan pekerjaan adalah deadline yang sudah di depan mata.
Dengan kecerdasan emosional yang tinggi, kamu akan selalu memiliki motivasi diri untuk menyelesaikan hal-hal yang memang harus diselesaikan. Motivasinya nggak selalu uang atau deadline. Bisa karena kamu ingin menikmati waktu santai lebih berkualitas (tanpa dihantui deadline), atau biar pekerjaan nggak menumpuk aja jadi kamu nggak kelelahan.
Cara meningkatkan kecerdasan emosional
Wah, ternyata kecerdasan emosional punya banyak peran penting dalam dunia kerja. Apakah keterampilan ini bisa ditingkatkan? Bisa dong. Kecerdasan emosional sama seperti skill-skill lainnya, bisa dilatih dan ditingkatkan. Berikut adalah beberapa caranya:
1. Mendengarkan secara aktif
Mendengar dan menyimak itu beda. Kalau mendengar, ya kamu sekedar dengerin apa yang orang lain bilang, tapi kamu nggak paham. Tapi kalau nyimak, berarti kamu mendengarkan dan mencoba memahami apa yang orang lain bicarakan. Ini membantu kita untuk lebih memahami orang lain, mengatasi konflik, mengambil keputusan, dan juga membangun hubungan yang lebih baik.
Untuk bisa memahami orang lain, mendengarkan nggak cukup dengan telinga saja, tapi juga mata dan hati. Perhatikan gerak-geriknya, nada bicaranya, atau ekspresi wajahnya. Rasakan emosi yang sedang dia rasakan, dan coba untuk menyesuaikan emosi itu.
Mendengarkan cerita dengan perhatian penuh dan mencoba melihat dunia dengan mata orang lain membuat kita lebih empati. Kita jadi bisa memosisikan diri di posisi orang lain, jadi lebih paham, dan nggak menghakimi. Akhirnya, kita bisa merespon dengan lebih baik.
Untuk meningkatkannya, kamu bisa latihan dengan percakapan sehari-hari. Kalau ada yang ngomong, coba untuk dengarkan, nggak memotong, dan nggak menghakimi.
2. Mood journaling
Kesadaran diri adalah kemampuan mengenali emosi diri sendiri, dan tahu bagaimana cara mengelola, dan mengekspresikannya dengan baik. Cara mengenali emosi bisa dengan mood journaling. Ini adalah aktivitas mencatat emosi yang kamu rasakan setiap hari, apa pemicunya, dan bagaimana kamu mengekspresikannya.
Kamu bisa bikin jurnal harian yang isinya bisa kamu sesuaikan sama apa yang mau kamu kenali dari emosimu sendiri. Tuliskan emosi apa yang kamu rasakan seharian, setelah itu pikirkan apakah benar itu emosinya. Misalnya, kamu menulis sedih, tapi setelah diingat-ingat ternyata awalnya kamu menangis. Kamu menangis karena terlalu marah. Kadang kalau sudah marah banget kan kita bisa sampai nangis, ya. Jadi tuliskan aja apa yang kamu rasain dan pikirin lagi biar semakin paham sama emosi sendiri. Sekarang juga sudah banyak juga aplikasi mood tracker, jadi lebih gampang pakainya.
3. Kendalikan respons terhadap emosi
Coba ingat kembali cara kamu mengekspresikan emosi negatif. Apakah marah-marah, berkata kasar, menangis, atau membanting barang. Kemudian evaluasi, apakah reaksi itu sudah tepat, melukai orang lain atau tidak, atau apakah ada cara untuk meredakan emosi agar tidak bereaksi berlebihan.
Misalnya, ketika marah kamu akan berkata kasar dan bisa melukai orang lain. Coba ambil waktu untuk diam sebentar dan mengatur napas. Kemudian, bicara ketika kamu sudah bisa mengendalikan emosi. Jadi kamu akan lebih bisa mengontrol apa yang keluar dari mulut dan pikiran.
Tarik diri dari situasi yang nggak mengenakkan itu. Jangan langsung bereaksi, dan hindari mengambil keputusan ketika kamu sedang marah.
Ada sebuah quotes dari Daniel Goleman yang intinya adalah, kalau kamu nggak punya kesadaran diri, nggak bisa mengelola emosi yang kadang menyusahkan, dan nggak punya empati, seberapa pintarpun kamu, kamu nggak akan membuat kemajuan yang jauh.
Itu dia pembahasan mengenai kecerdasan emosional, pentingnya untuk karier, dan bagaimana cara meningkatkannya. Kamu bisa belajar lebih dalam tentang kecerdasan emosional ini dengan membeli kelasnya di Skill Academy. Di kelas ini, kamu akan dipandu oleh Maria Hostiana, seorang Emotional Intelligence Trainer.
Referensi:
Bariso, Justin. 2016. ‘Why EQ Matters More Than IQ’ [daring]. Tautan: https://www.inc.com/justin-bariso/why-eq-matters-more-than-iq.html (Diakses pada: 18 Desember 2020)
Ackerman, Courtney E. 2021. ‘What Is Emotional Intelligence? +18 Ways to Improve It’ [daring]. Tautan: https://positivepsychology.com/emotional-intelligence-eq/ (Diakses pada: 7 Mei 2021)
Garone, Sarah. 2020. ‘Mood Journal 101: How to Get Started on Controlling Your Emotions’ [daring]. Tautan: https://www.healthline.com/health/how-to-keep-mood-journal (Diakses pada: 7 Mei 2021)