Perbedaan Reseller dan Dropshipper, Mana yang Lebih Menguntungkan?
Mau mulai bisnis dengan modal kecil atau tanpa modal? Reseller atau dropshipper jawabannya! Eits, tapi, cari tahu dulu, yuk perbedaan keduanya!
—
Sekarang apa-apa bisa dibeli secara online bikin semuanya jadi praktis. Tinggal pesan dari HP, bayarnya online juga, terus pesanan sampai. Mungkin itu, ya salah satu alasan kenapa aku, kamu, kita, suka banget belanja online.
Alat elektronik, baju, peralatan dapur, ikan hias, bahkan sayur juga bisa dijual dan dibeli secara online, semuanya ada.
Tren ini sebenarnya membuka peluang buat siapa aja untuk memulai bisnis online. Ada jenis bisnis online yang modalnya kecil, bahkan bisa dimulai tanpa modal. Nama bisnisnya adalah reseller dan dropship. Pernah dengar dua istilah ini nggak? Dua bisnis ini cocok banget buat kamu yang mau mulai bisnis tapi belum punya pengalaman, modalnya sedikit, atau mau dijadikan pekerjaan sampingan aja.
Tapi, sebenarnya apa, sih reseller dan dropshipper itu? Bagaimana cara kerja dan apa perbedaan keduanya? Yuk, kita cari tahu bareng-bareng!
Reseller
Apa itu reseller?
Simple-nya, reseller adalah orang yang membeli produk dari supplier, lalu menjual kembali produk tersebut. Jadi, kalau kamu mau jadi reseller, kamu harus beli dulu produknya untuk stok.
Biasanya, supplier menentukan jumlah minimal yang harus kamu beli. Ada yang menentukan batas minimum dengan harga tertentu atau jumlah item. Contohnya, ada supplier yang batas minimum pembeliannya Rp 500.000, ada juga supplier yang batas minimum pembeliannya 100 item, gitu. Tapi tenang, sekarang banyak, kok supplier yang nggak mematok minimal pembelian. Jadi pembelian stok pertama bisa banget disesuaikan dengan budget yang ada.
Ikuti kelas: Menyusun Strategi Pembuatan Bisnis Online Shop
Cara kerja reseller gimana, sih?
Sistem atau cara kerja reseller secara sederhana begini, kamu (reseller) beli sejumlah produk dari supplier, terus dijual lagi. Mirip kayak beli putus, jadi setelah dibeli, risiko terkait barangnya otomatis pindah ke pembeli. Setelah itu, kamu melakukan promosi, pemasaran, memasukkan produk ke media sosial, e-commerce, menerima pesanan, mengemas barang, dan mengirim barangnya ke ekspedisi buat dikirim ke pembeli.
Jadi, kalau kamu mau bisnis reseller, kamu juga harus siap buat jadi marketer juga. Bikin strategi pemasaran, foto produk, mengatur media sosial, promosi (paid promote, ads,), dan lainnya.
Terus cara dapat profitnya gimana?
Biasanya, kalau reseller beli produk dari supplier, akan mendapat harga grosir yang lebih murah dari harga eceran/satuan. Nah, nantinya kamu bisa menaikkan kembali harga jual.
Misalnya, kamu mau jualan jilbab paris sebanyak 100 buah dengan harga Rp 1.200.000. Berarti 1 jilbab harga belinya Rp 12.000. Ternyata, di pasaran, harga jilbab itu kisaran Rp 18.000 sampai Rp 20.000. Lalu kamu jual dengan harga Rp 20.000, berarti untung kotor dari 1 jilbab adalah Rp 8000.
Wah, lumayan juga untungnya. Eits, tapi itu masih untung kotor, ya, belum bersih. Untung ini masih dipotong biaya untuk packing, promosi, dan operasional lainnya. Tapi untungnya tetap lumayan, kok!
Baca juga: 5 Tips Sukses jadi Reseller untuk Pemula!
Modal untuk jadi reseller
Untuk jadi reseller, kamu harus mengeluarkan modal. Bisa besar, bisa kecil, tergantung jumlah dan harga produk yang kamu beli. Kamu bisa menjual produk apa aja seperti fashion (baju, sepatu, tas, jilbab), makanan, skincare, makeup, dan lainnya.
Jadi besaran modal yang dikeluarkan tergantung sama produk, harga, dan supplier-nya. Jadi pintar-pintar cari supplier yang menjual produk dengan kualitas yang oke tapi harganya bersahabat, ya.
Kelebihan dan kekurangan menjadi reseller
Sama seperti bisnis dan hal lainnya yang punya dua sisi, jadi reseller juga ada kelebihan dan kekurangannya. Apa saja itu?
Kelebihan jadi reseller
- Bisa menentukan margin keuntungan (markup harga jual)
- Tahu kualitas dan stok produk yang dijual.
- Bisa menggunakan nama brand atau merek sendiri untuk jualan (packaging, online shop).
- Mengetahui progress mulai dari pemesanan sampai pengiriman produk.
Kekurangan jadi reseller
- Jika produk tidak laku atau rusak, maka reseller akan mengalami kerugian.
- Butuh ruang penyimpanan untuk stok barang.
- Mengeluarkan modal awal yang lumayan besar.
Dropshipper
Apa itu Dropship?
Dropship adalah bentuk bisnis di mana kamu sebagai penjual atau dropshipper menjual barang milik produsen/supplier tanpa harus membeli produknya terlebih dahulu. Kalau reseller tadi, kamu harus membeli sejumlah barang (menyetok barang) yang akan dijual, kan? Kalau dropshipper nggak perlu. Bisa dibilang, dropshipper adalah penghubung atau orang ketiga antara supplier dan konsumen.
Terus jualannya gimana?
Jualannya dengan cara mempromosikan foto produk yang ada, jadi kamu menunjukkan katalog produknya, dan memberi informasi tentang produk yang kira-kira dibutuhkan calon konsumen. Misalnya, ukuran, bahan, warna, jumlah stok, dan lainnya.
Promosinya bisa dalam bentuk apa saja dan menggunakan media apa saja, terserah kamu. Biasanya, supplier akan memberikan foto produk yang bisa kamu share sebagai konten promosi kepada calon pembeli.
Ikuti kelas: Atur Harga Produk, Jual dengan Harga Bersaing
Bagaimana cara kerja dropship?
Pertama, kamu bekerja sama dengan supplier untuk menjual produk sebagai dropshipper. Setelah itu, kamu mempromosikan produk di toko online dengan harga yang sudah dinaikkan. Nanti, kalau ada konsumen yang membeli produk, kamu tinggal meneruskan pesanan ke supplier untuk kemudian dikemas dan dikirim ke konsumen oleh supplier.
Biar lebih paham, berikut adalah contoh skema atau cara kerja dropship:
Jadi, kamu benar-benar nggak perlu mengeluarkan modal, mungkin modalnya untuk beli kuota internet aja.
Profitnya dari mana, dong?
Profit dropshipper bisa dibilang mirip-mirip sama reseller. Jadi, harga beli yang kamu dapat dari supplier itu, lebih rendah dibanding harga pasaran, nah nanti pas promosi produknya, harganya sudah kamu naikkan. Misal, harga dari supplier Rp 15.000 per item, terus pas dipromosikan harganya jadi Rp 18.000, berarti kamu dapat untung Rp 3000 per item.
Terus apa bedanya sama reseller? Kalau reseller, harga yang diperoleh dari supplier lebih murah daripada harga yang beli dropshipper. Misalnya, kalau kamu beli 100 jilbab seharga Rp 1.200.000, berarti per item harganya Rp 12.000, tapi kalau beli sebagai dropshipper harganya bisa Rp 15.000 per item. Jadi, reseller bisa menaikkan harga lebih tinggi dibandingkan dropshipper karena harus menyesuaikan harga yang ada di pasaran.
Baca juga: Mengenal Content Marketing dan Pentingnya Bagi Sebuah Bisnis
Modal untuk menjadi dropshipper
Berbeda dengan reseller yang harus mengeluarkan modal untuk membeli barang (menyetok barang), dropshipper nggak perlu. Jadi, modal yang dikeluarkan dropshipper akan lebih sedikit atau bahkan nggak mengeluarkan modal.
Modal yang paling dibutuhkan adalah kuota internet untuk mengelola toko online, promosi produk, berkomunikasi dengan konsumen, dan lainnya.
Karena nggak harus mengeluarkan modal buat beli produk, kamu bisa jualan produk yang lebih bervariasi. Misalnya, jual makeup, skincare, aksesoris, baju, dan lainnya dalam satu toko yang sama.
Kelebihan dan kekurangan bisnis dropship
Sama seperti resell, bisnis dropship juga punya kelebihan dan kekurangannya. Apa saja itu?
Kelebihan jadi dropshipper
- Modal yang dibutuhkan untuk memulai dan mengembangkan bisnis sangat kecil
- Nggak perlu membeli atau menyetok produk yang akan dijual.
- Kamu nggak perlu mengurus proses pengiriman barang ke konsumen.
- Bisa menjual berbagai macam produk dalam satu toko
Kekurangan jadi dropshipper
- Margin keuntungan yang relatif kecil.
- Nggak bisa tahu stok dan kualitas barang di supplier ada atau engga.
- Berisiko mendapat komplain dari pelanggan kalau kualitas produk jelek atau pengiriman lama.
- Lebih sulit membangun brand.
Jadi, mana yang lebih menguntungkan?
Baik reseller atau dropship, keduanya punya kelebihan dan kekurangan masing-masing ketika dijalankan. Mau pilih yang mana, tergantung keinginan kamu. Kalau kamu mau bisnis tanpa modal, nggak perlu stok barang, dan nggak mau ribet mengemas dan mengirim barang, berarti dropship jawabannya. Tapi, kalau kamu punya modal dan mau jualan barang dengan keuntungan yang bisa kamu atur sendiri, reseller adalah jawabannya.
Meskipun keduanya punya perbedaan, ada persamaan di antara keduanya, yaitu kemampuan memasarkan produk. Menjadi reseller atau dropshipper, kamu harus mempromosikan barang yang kamu jual biar bisa laku, kan? Berarti, kamu harus punya strategi biar orang mau beli. Beberapa strategi pemasaran seperti digital marketing, social media marketing, marketing mix, influencer marketing, dan internet marketing sudah pernah dibahas sebelumnya. Langsung kepoin aja, ya kalau mau belajar atau cari tahu!
—
Itu dia pembahasan tentang perbedaan reseller dan dropshipper. Semoga nggak bingung dan tertukar lagi, ya! Kamu bisa belajar macam-macam strategi bisnis online atau offline di Skill Academy. Materi belajarnya disusun berdasarkan standar kompetensi yang berlaku. Video belajar di Skill Academy juga dibuat semenarik mungkin dan durasi yang nggak terlalu panjang (microlearning) jadi bisa fokus belajar setiap bagian. Yuk, tingkatkan skill untuk memulai bisnis bersama Skill Academy!
Referensi:
Ferreria, Nicole M. 2021. ‘How to Start a Dropshipping Business in 2021’ [daring]. Tautan: https://www.oberlo.com/blog/how-to-start-a-dropshipping-business (Diakses pada: 22 November 2021)
Ferreria, Corey. 2021. ‘What is Dropshipping and How Does Dropshipping Work?’ [daring]. Tautan: https://www.shopify.com/blog/what-is-dropshipping (Diakses pada: 22 November 2021)
Indeed Editorial Team. 2021. ‘What is Reseller? Types and Benefit’ [daring]. Tautan: https://www.indeed.com/career-advice/finding-a-job/what-is-reseller (Diakses pada: 23 November 2021)
Ferreria, Nicome M. 2019. ‘Why You Should Start a Reseller Business Right Now’ [daring]. Tautan: https://www.oberlo.com/blog/reseller-business (Diakses pada: 23 November 2021)