Tentang Belajar Sepanjang Hayat: Menikmati Proses Melelahkan

belajar harusnya gimana

Artikel ini membahas bagaimana kita sebaiknya belajar: menikmati proses di tiap langkahnya.

Maret tahun lalu, cuma telepon yang diam di ruangan saya bekerja. Semua heboh karena kasus pertama covid. Beberapa minggu kemudian, gantian ruangan saya yang diam. Suara-suara pindah ke telepon genggam masing-masing. Sampai sekarang, saya tidak tahu kondisi ruangan itu lagi.

Satu tahun ini kami bekerja dari rumah. Tidak tahu pasti apa yang terjadi. Tidak tahu sampai kapan ini semua akan berhenti. Tapi, niat kami, menyebarkan pendidikan, tidak bisa tertunda. Kami harus beradaptasi dengan hal-hal yang baru: metode kerja, cara kami melakukan meeting, dan bagaimana kami berkomunikasi dan mencari hal-hal yang lebih efektif di situasi abu-abu ini.

Tentu, pembelajaran kami butuh bayaran. Satu dua kali miskomunikasi. Salah paham karena intonasi di aplikasi chatting tidak seperti yang dimaksudkan. Kegagapan komunikasi ini, bikin beberapa dari kami, mengalami sesuatu bernama Spiral Keheningan. Sebuah kondisi di mana seseorang takut mengungkapkan sesuatu di kepalanya. Seperti ada keheningan yang mengapung di atas gerombolan orang. Setiap orang punya pemikiran-pemikiran yang tidak tersampaikan.

Hasilnya? Komunikasi menjadi tidak lancar dan berpengaruh ke hal-hal lain.

Pada mulanya, kami berpikir bahwa satu-satunya jalan untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan kembali ke dunia yang baik-baik saja, sebelum virus ini datang.

Tapi, satu tahun sudah berlalu dan nasib kita masih sama: terbalut dalam ketidakpastian, tentang “kapan semua ini berakhir?” Dea Anugrah pernah bilang kalau hidup begitu indah dan hanya itu yang kita punya. Maka, setelah hari demi hari, dan minggu demi minggu berlalu, kami memilih untuk menerima kondisi ini. Mungkin sesekali kita harus merelakan bahwa hidup ini tidak sempurna dan itu tidak apa-apa. Jadi, kami memutuskan untuk tidak hanya berharap, tetapi belajar untuk beradaptasi lebih baik.

Tepatnya, kami belajar untuk menikmati.

Tentu, menikmati yang saya maksud bukan berarti hanya pasrah dan merelakan semuanya. Menikmati berarti sadar bahwa terkadang, di dunia ini, hidup tidak melulu berjalan seperti yang kita harapkan. Terkadang ia menyengsarakan dan kita perlu belajar untuk menikmati proses yang melelahkan itu.

Baca juga: Cara Masuk Flow State: Zona untuk Bahagia dan Produktif

Kita semua tahu bahwa ada pergeseran besar tentang cara belajar hari-hari ini. Dengan semua informasi yang ada, kepintaran seseorang bukan cuma diukur dari seberapa banyak dia menyimpan informasi. Ingat bagaimana dahulu kita bisa mengingat begitu banyak nomor telepon sahabat dan keluarga kita. Sampai kemudian buku telepon masuk ke dalam ponsel dan kita, mungkin, hanya mampu mengingat satu dari sekian banyak nomor di dalam kontak.

Saya yakin beberapa dari kamu juga menyadari ini. Buat apa kita harus menghafal belasan tenses bahasa inggris, atau mencatat ulang rumus-rumus yang bisa kita liat di buku. Pertanyaan yang membuat kegiatan belajar di masa itu semakin berat dan melelahkan. Sampai akhirnya kamu lulus sekolah, kuliah, dan mulai bekerja. Lalu kamu meledek dirimu sendiri yang “udah lupa gue sama pelajaran sekolah/kuliah”.

Lucunya, sampai sekarang, masalah tetap ada dan kita masih butuh belajar selamanya, sebagaimana saya belajar beradaptasi untuk bisa bekerja dengan baik di situasi pandemi ini.

Tidak ada manusia yang tahu semua hal di dunia ini dan tidak ada manusia yang tidak pernah gagal.

Maka, kenyataannya tidak akan berubah. Manusia adalah pembelajar sepanjang hayat dan itu pekerjaan yang melelahkan. Kita masih butuh tahu hal-hal spesifik di dunia ini. Mungkin satu orang perlu memahami grammar untuk mengambil tes TOEFL, dan orang yang lain perlu belajar cara mengendalikan amarah. Pembelajaran ini dilakukan terus menerus. Hari demi hari. Minggu demi minggu. Panjang dan melelahkan.

Atau, mungkin itu kuncinya.

Jika kita tahu bahwa manusia adalah pembelajar seumur hidupnya, yang perlu kita lakukan adalah menikmatinya saja. Mungkin, dengan menikmati dan bersenang-senang, kita bisa melakukan apa yang pencipta sinetron minta, yaitu “mengambil baiknya aja.” Seperti kita tahu bahwa rumus-rumus yang ada di buku dapat melatih logika kita. Seperti bahasa yang dibutuhkan untuk berkomunikasi, memperluas cakrawala. Seperti kita sadar bahwa masalah-masalah yang ada terus membuat kita bertumbuh.

Mungkin, perjalanan belajar kamu dan saya masih panjang. Tetapi, paling tidak, dengan bersenang-senang, kita bisa menikmati proses yang melelahkan ini. Hari demi hari. Minggu demi minggu. Sepanjang hayat.

SKill Academy - CTA

Kresnoadi